Menurut Anda, apakah Gus Dur pantas dianugerahi gelar Pahlawan Nasional?

Powered By Blogger

WELCOME TO ADI SANJAYA BLOG

Mari Kita Berpetualang Melewati Ruang dan Waktu Melalui Sebuah Pesona Perlawatan Sejarah

Rabu, 21 Oktober 2009

TEORI PERUBAHAN SOSIAL

PERUBAHAN KEBUTUHAN TEKNOLOGI INFORMASI JARINGAN (INTERNET) SEBAGAI KEBUTUHAN SEKUNDER DI KALANGAN MAHASISWA UNDIKSHA SINGARAJA

Oleh :

Putu Adi Sanjaya

NIM. 0614021022

Kelas A


1. PENDAHULUAN

Beberapa dekade yang lalu, Indonesia masih merupakan sebuah negara agraris yang bertumpu pada sektor pertanian. Namun seiring dengan perkembangan jaman, dunia menuntut Indonesia berubah lagi menjadi negara industri. Indonesia secara perlahan-lahan mampu mencoba mengikuti arus industrialisasi. Bahkan karena belum bisa meninggalkan sektor pertanian, maka dikembangkanlah agroindustri di Indonesia.

Namun seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, saat ini Indonesia telah berada di pintu gerbang era kesejagatan, yang kita kenal dengan era Globalisasi. Menurut Lauer (2003 : 216), bahwa teknologi juga menjadi suatu faktor yang mendorong adanya perubahan sosial dan berfungsi sebagai mekanisme perubahan sosial. Globalisasi berawal dari kemajuan teknologi komunikasi dan informasi semenjak dasawarsa 1970-an (Muis, 2001 : 47). Di bidang media dan informasi globalisasi menciptakan keseragaman pemberitaan serta preferensi acara liputan. Masing-masing sistem media seakan-akan menjadi bagian dari suatu jaringan informasi dan komunikasi internasional. Salah satu sistem informasi yang berkembang saat ini adalah sistem informasi jaringan yang disebut dengan internet.

Internet merupakan salah satu jenis dari sistem teknologi jaringan komputer, di mana internet ini merupakan sebuah media yang begitu tak terbatas (Hendroyono & Herwibowo, 2004 : 1). Dikatakan sebagai bagian dari suatu sistem teknologi jaringan, karena internet adalah subsistem yang membangun sistem teknologi jaringan (Sutabri, 2004 : 5). Segala hal bisa dicari lewat internet, dari hal-hal kecil seperti artikel, berita, hiburan, game, musik, film, gambar, sampai pada mencari teman lewat fasilitas yang kini dikembangkan yaitu friendster dan weblog. Internet merupakan suatu sistem yang kecil dari suatu sistem Teknologi Informasi (TI), yang dikhususkan untuk pengelolaan data menjadi informasi yang bermanfaat (Oetomo, 2002 : 45). Internet merupakan suatu jaringan dengan kecepatan tinggi.

Dengan internet kita dapat mengetahui apa yang terjadi di seluruh dunia dalam hitungan detik dalam bentuk data, dan data tersebut nantinya akan diolah menjadi suatu informasi yang berguna bagi pengguna informasi.

Seiring dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, internet pun menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Kini pemerintah dan lembaga swasta yang terkait berusaha untuk mengembangkan sosialisasi dan angka penggunaan internet bagi segala lapisan masyarakat di Indonesia, sampai ada program Internet Masuk Desa. Hal ini menunjukkan kepedulian pemerintah terhadap kemajuan rakyat dari segi pembangunan sistem informasi, walaupun secara sosial ekonomi rakyat Indonesia masih banyak yang kekurangan. Kini internet dapat dinikmati dan digunakan oleh berbagai kalangan, dari birokrat pemerintah, perusahaan swasta, pelajar, dan umum, tidak terkecuali kalangan mahasiswa di Universitas Pendidikan Ganesha.

Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) merupakan suatu unit pendidikan tinggi yang ada di Bali Utara. Visi Undiksha adalah lembaga tinggi yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, menghasilkan tenaga kependidikan dan nonkependidikan yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kemampuan akademik dan profesional yang tinggi, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sehingga mampu menghadapi tentangan masa depan serta memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan misi yang diemban oleh Undiksha adalah menghasilkan dan mengembangkan IPTEKS, serta menjunjung tinggi akhlak dan nilai-nilai kemanusiaan; menghasilkan tenaga kependidikan dan atau profesional yang bertanggung jawab dan mandiri; dan memberikan layanan kepada masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup baru ke arah harkat dan martabat yang lebih tinggi (Sudiana, 2006 : 11). Melihat visi dan misi itu, kita dapat ketahui bahwa Undiksha sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi di Bali Utara juga memiliki tujuan untuk mengembangkan IPTEKS. Oleh karena itu kini Undiksha kini sudah berupaya untuk mengembangkan salah satu hasil dari perkembangan IPTEKS, yaitu internet, di dalam bangku perkuliahan.

Dalam kegiatan perkuliahan, kini dosen-dosen juga berupaya untuk mengembangkan sistem belajar dengan pemanfaatan informasi lewat internet dan media massa. Hal tersebut karena internet dipandang mampu memberikan segala kebutuhan yang mahasiswa inginkan. Caranya adalah dengan menugaskan mahasiswa untuk membuat tugas atau sejenisnya dan mencari data di ”dunia maya” tersebut. Proses belajar yang diinginkan oleh lembaga lewat para dosen pengajarnya adalah mahasiswa dapat belajar lewat informasi yang disajikan di internet, dan juga bisa berpacu untuk memanfaatkan teknologi informasi yang kini harus dikuasai oleh generasi muda. Khususnya kalangan mahasiswa agar mampu menjadi insan yang mampu memanfaatkan dan mengembangkan IPTEKS di era informasi sekarang ini.

Efek samping dari fenomena di atas adalah adanya pergeseran nilai-nilai tertentu yang menyengkut pola pikir mahasiswa. Pergeseran atau perubahan yang terjadi adalah perubahan terhadap posisi kebutuhan akan internet, dari suatu kebutuhan yang mewah (tersier) dan dinikmati oleh kalangan tertentu saja, menjadi kebutuhan yang sekunder bagi kalangan mahasiswa. Bahkan segala hal yang mahasiswa lakukan dalam arti yang berhubungan dengan perkuliahan tidak bisa dilepaskan dari sebuah ”komputer yang mampu mengakses seluruh isi dunia” itu. Hebatnya lagi bahwa kini sistem jaringan internet telah dikembangkan sehingga bisa diakses melalui sebuah Handphone seluler dan melalui jaringan Hotspot, sehingga fasilitas internet tersebut bisa dinikmati dengan lebih mudah.

Seperti yang digambarkan di atas, bahwa kemudahan dan kemajuan di bidang teknologi informasi tersebut membawa pergeseran atau perubahan terhadap kebutuhan internet di kalangan mahasiswa Undiksha, dari kebutuhan yang bersifat tersier menjadi kebutuhan yang bersifat sekunder. Oleh karena itulah penulis merasa tertarik untuk menelusuri dan mengkaji fenomena di atas ke dalam suatu makalah sederhana yang penulis beri judul ”Perubahan Kebutuhan Teknologi Informasi Jaringan (Internet) Sebagai Kebutuhan Sekunder di Kalangan Mahasiswa Undiksha Singaraja”. Penulis akan berusaha mengkaji dan menelusuri latar belakang, proses perubahan, dan dampak internet sebagai kebutuhan mahasiswa Undiksha yang bersifat sekunder itu. Sehingga terdapat permasalahan yang akan dicari jawabannya, meliputi latar belakang pentingnya internet di kalangan mahasiswa Undiksha Singaraja, Proses Perubahan Terhadap Internet dari Tersier menjadi Sekunder di Kalangan Mahasiswa Undiksha, serta dampak internet bagi proses pembelajaran mahasiswa Undiksha.

Penulisan makalah kecil ini secara teoritis yaitu dapat mengaplikasikan teori-teori yang didapatkan di bangku kuliah. Dan secara praktis dapat berguna bagi pemerintah khususnya dalam perencanaan pembangunan pendidikan di Indonesia melalui kerjasama dengan instansi-instansi terkait.

2. PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Pentingnya Internet di Kalangan Mahasiswa Undiksha

Sebelum adanya internet, masalah utama yang dihadapi oleh dunia pendidikan adalah akses ke sumber informasi. Perpustakaan yang konvensional merupakan sumber informasi yang sayangnya tidak murah. Buku-buku dan jurnal harus dibeli dengan harga yang mahal, dan pengelolaan yang baik juga tidak mudah. Sehingga akibatnya banyak tempat di berbagai lokasi di dunia (termasuk negara maju di Eropa) tidak memiliki perpustakaan yang lengkap. Adanya internet memungkinkan mengakses ke sumber informasi yang mulai tersedia banyak. Dengan kata lain masalah akses semestinya bukan menjadi masalah lagi.

Namun, sebagian besar orang awam, terutama yang sudah berumur, melihat internet sebagai sesuatu yang konsumtif dan tidak bermanfaat. Hal ini sah-sah saja untuk mereka. Akan tetapi, tidaklah demikian bagi para pelajar, khususnya mahasiswa di Undiksha, karena mereka sadar akan dihadapkan pada sebuah era persaingan yang menuntut penguasaan terhadap teknologi, informasi, dan ilmu pengetahuan.

Generasi muda, khususnya dalam hal ini mahasiswa Undiksha, saat ini harus berhadapan dengan globalisasi. Ketika mereka lulus, mereka harus berhadapan dan bersaing dengan lulusan universitas atau perguruan tinggi lain. Ciri-ciri ekonomi yang ada pada masa itu adalah ”New Digital Economy”, yang sudah berbeda dengan ekonomi jaman dulu. Ini dapat dilihat dari maraknya bisnis yang sarat dengan teknologi (Rahardjo, 2002 : 98).

Kemampuan menggunakan teknologi sudah umum merupakan sebuah keharusan. Di jaman sekarang sudah sangat menjadi kebiasaan apabila kita diminta untuk menggunakan atau mengoperasikan sebuah high-tech, seperti menggunakan handphone, electonic-mail (E-mail), mesin ATM, laptop, komputer, dan sebagainya. Tidak diragukan lagi bagi generasi muda yang nampaknya juga tidak mau ketinggalan untuk menggunakan teknologi tingkat tinggi seperti itu, karena teknologi-teknologi seperti itu kini sudah menjadi bagian dari keseharian mereka.

Internet di Indonesia umumnya membawa konotasi bisnis. Hal ini mungkin disebabkan karena internet masuk melalui Penyelenggara Jasa Internet (PJI) atau Internet Service Provider (ISP) yang sifatnya komersial. Maraknya bisnis ”dotcom” menambah keyakinan bahwa internet adalah bisnis. Banyak yang tidak tahu bahwa internet justru muncul dari lingkungan pendidikan (dalam hal ini perguruan tinggi) dan lembaga penelitian. Bahkan internet baru boleh dipergunakan untuk bisnis di tahun 1995 (ibid, 2002 : 99; br@paume.itb.ac.id).

Nilai-nilai (values) yang ada di internet kental dengan nilai-nilai yang ada di lingkungan pendidikan. Sebagai contoh, konsep menggunakan berkas secara bersama-sama (file sharing) digunakan untuk melakukan penelitian dan pelaporan bersama-sama (research collaboration). Kurangnya tingkat keamanan internet yang menggunakan teknologi IP versi 4 ini juga disebabkan tingkat kepercayaan yang tinggi sehingga tidak memerlukan tingkat keamanan yang sangat tinggi.

Bagi kalangan mahasiswa Undiksha, ternyata internet sudah menjadi bagian dari proses pembelajaran mereka. Hal ini tidak terlepas dari peran dosen pengajar yang mau merangsang mahasiswanya untuk memanfaatkan teknologi kelas tinggi tersebut. Pemanfaatan tersebut biasanya dapat berupa suruhan untuk membuat tugas yang memanfaatkan media internet sebagai sumbernya. Namun, disuruh atau tidak oleh dosen melalui pemberian tugas, internet sepertinya sudah menjadi tujuan utama para mahasiswa untuk mencari jawaban atas tugas-tugas mereka. Hal tersebut karena mereka menganggap dengan mencari jawaban tugasnya melalui internet, mereka akan secara langsung menemukan link yang menghubungkan pencari informasi dengan informasi yang ingin dicari. Hanya dengan masuk ke alamat www.google.co.id (misalnya), sebagai salah satu mesin pencari situs tercepat di dunia, mereka akan langsung menemukan informasi yang mereka cari, tentu saja masih dalam posisi duduk di depan komputer. Menurut versi kaum muda seperti mahasiswa Undiksha, hal tersebut jauh lebih efektif dibandingkan dengan mencari sebuah buku di antara ratusan bahkan ribuan buku di perpustakaan kampus, yang belum tentu setelah menemukan buku tersebut mereka akan menemukan informasi atau jawaban tugas yang mereka cari.

Selain itu pula, pentingnya internet bagi kalangan mahasiswa juga dilihat dari keperluan lain di luar mencari jawaban tugas yang diberikan dari bangku kuliah. Mahasiswa pada umumnya (walaupun tidak semua) mempunyai komputer atau laptop yang menjadi trend bagi kaum mahasiswa sekarang. Program dalam komputer atau laptop tersebut rata-rata mempunyai antivirus yang dalam jangka waktu tertentu tentu saja harus diperbaharui (di-update) melalui internet. Belum lagi mencari musik-musik hits yang menjadi kegemaran para generasi muda, serta mencari informasi lain yang sesuai dengan kepentingan mereka masing-masing.

Sebagai generasi muda yang sedang senangnya mencari teman juga menjadi latar belakang kalangan mahasiswa Undiksha memanfaatkan internet. Cara mencari teman lewat cyber world seperti melalui friedster, Email, Blog, dan Chatting sangat menarik perhatian mereka karena lewat fasilitas tersebut mereka bisa mendapatkan teman baru, selain untuk mengisi waktu luang mereka. Para kaum muda seperti kalangan mahasiswa bisa mengembangkan imajinasi dan inspirasinya lewat internet, misalnya jika mereka ingin menjadi penulis, mereka akan meng-upload artikel atau tulisannya di Blog atau fasilitas lainnya. Atau ingin berbisnis lewat dunia maya, bisa saja dikembangkan oleh kalangan mahasiswa yang berminat.

Selain sebagai sarana untuk mencari dan mendapatkan informasi, penggunaan internet oleh kalangan mahasiswa Undiksha juga sebagai suatu hal yang bisa meningkatkan gengsi seseorang, agar tidak dikatakan sebagai manusia yang GapTek (Gagap Teknologi). Hal tersebut sangat wajar karena mereka sadar saat ini berada di era informasi yang menuntut penguasaan teknologi informasi, serta sebagai salah satu aspek Soft Skills yang saat ini sedang dikembangkan di kalangan mahasiswa Undiksha.

2.2 Proses Perubahan Terhadap Internet dari Tersier menjadi Sekunder di Kalangan Mahasiswa Undiksha

Menurut Kamus Modern Bahasa Indonesia (1994), secara ekonomis kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tingkat kedua bagi manusia, dan kebutuhan tersier adalah kebutuhan tingkat ketiga yang bisa dipenuhi oleh manusia dalam kegiatan ekonomi. Atau dengan kata lain kebutuhan sekunder adalah kebutuhan sampingan setelah kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan), sedangkan kebutuhan tersier adalah kebutuhan mewah seperti mobil, handphone, komputer, dan sebagainya.

Bagi kalangan mahasiswa, khususnya mahasiswa Undiksha, juga telah pasti memiliki kebutuhan-kebutuhan yang dari sudut pandang ilmu ekonomi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu kebutuhan primer (pokok), sekunder (sekunder), dan tersier (mewah). Dalam hal ini tidak akan dibahas masalah kebutuhan kebutuhan primer (pokok) mahasiswa karena pada hakikatnya sama dengan kebutuhan manusia lainnya. Namun yang akan dibahas adalah tentang kebutuhan sekunder dan tersier mahasiswa Undiksha. Sebagai seorang mahasiswa, kebutuhan seorang mahasiswa termasuk di Undiksha antara lain seperti buku sebagai bahan kuliah, alat tulis, dan sebagainya. Sedangkan contoh kebutuhan tersier (mewah) bagi mahasiswa adalah motor, mobil, handphone, komputer, dan termasuk internet pada era sebelum milenium ke III. Semua model kebutuhan tersebut kini telah berkembang di kalangan mahasiswa Undiksha.

Undiksha secara resmi baru menjadi sebuah Universitas sejak tanggal 5 Mei 2006 yang berubah dari nama IKIP Negeri Singaraja (Sudiana, 2006 : 10). Sejak saat itu nampaknya terjadi penambahan jumlah mahasiswa yang sangat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini nampaknya juga menjadi salah satu pemicu terjadinya perubahan pola pikir mahasiswa dan masyarakat luas, khusunya di Kota Singaraja. Semakin banyak mahasiswa yang datang untuk menuntut ilmu di kampus ”Seribu Jendela”, maka semakin banyak lapangan pekerjaan yang dibuka, dari pedagang nasi (makanan), counter HP, fotocopy, percetakan, termasuk warnet sebagai penyedia fasilitas internet. Jadi secara khusus perkembangan bisnis penyedia fasilitas internet tidak terlepas dari keberadaan kampus Undiksha ini.

Dalam perspektif sosiobudaya perguruan tinggi dapat dipandang sebagai suatu masyarakat yang terdiri dari berbagai komponen, yakni staf dosen, pegawai, dan mahasiswa (Civitas Akademika). Namun berbeda dengan masyarakat lain, misalnya masyarakat desa, perguruan tinggi adalah masyarakat intelektual (Atmadja, 2006 : 41-42). Lebih lanjut lagi dinyatakan bahwa perguruan tinggi sebagai masyarakat intelektual, yang sama dengan masyarakat lainnya, perguruan tinggi juga memiliki kultur. Wujud kultur yang dimilikinya, pertama, sistem budaya, yakni tata kelakuan, etika atau asas normatif yang memberikan pedoman tentang apa yang boleh dilakukan oleh warga perguruan tinggi. Kedua, perguruan tinggi memiliki sistem sosial, yakni hubungan antarmanusia yang ada di dalamnya (dosen, pegawai, dan mahasiswa). Ketiga, perguruan tinggi dilengkapi dengan wujud kultur fiskal atau aspek toknologi, yakni sarana dan prasarana kampus. Ketiga wujud kultur ini bersinergi guna mewujudkan apa yang menjadi kewajiban perguruan tinggi, yakni menyukseskan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Di aspek kultur yang ketiga, sebagai bagian dari masyarakat intelektual, mahasiswa khususnya dituntut untuk menguasai teknologi. Ternyata perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan suatu penemuan baru di bidang teknologi informasi jaringan yang berupa internet. Adanya penemuan baru di bidang teknologi informasi membawa suatu pergeseran terhadap paradigma pendidikan saat ini. Perubahan yang terjadi adalah proses yang dulunya disebut dengan Proses Belajar-Mengajar (PBM), kini berubah menjadi Proses Pembelajaran. Paradigma baru ini menuntut siswa menjadi lebih mandiri untuk belajar, namun tetap dalam bimbingan dosen pengajar.

Di sisi lain, perubahan paradigma tersebut juga ternyata membawa perubahan suatu pola kebutuhan di kalangan mahasiswa Undiksha. Kebutuhan internet sebagai sebuah teknologi kelas tinggi (hi-tech) yang sebelumnya merupakan kebutuhan tersier (mewah), kini berubah menjadi kebutuhan yang bersifat sekunder (sampingan). Paradigma pendidikan yang berubah menjadi proses pembelajaran ternyata menuntut mahasiswa Undiksha untuk memanfaatkan internet sebagai media belajar dan mencari informasi dari seluruh dunia. Tidak jauh berbeda dengan buku materi kuliah, internet ternyata bisa digunakan sebagai bahan literatur bagi proses pembelajaran, bahkan jauh lebih luas jangkauannya. Jadi dapat dikatakan bahwa posisi internet di kalangan mahasiswa Undiksha menjadi sama dengan buku materi kuliah yang bersifat sekunder, sehingga internetpun menjadi salah satu kebutuhan sekunder mahasiswa Undiksha.

Melihat gambaran di atas, nampaknya terdapat suatu ”benang merah” apabila kita hubungkan fenomena tersebut dengan beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli. Syani (1995 : 90) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor pendorong terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat, dalam hal ini masyarakat intelektual/mahasiswa Undiksha, yaitu : penemuan baru (invention), pertumbuhan populasi (population), dan kebudayaan (cultural). Faktor pertama, adanya penemuan baru (invention) dapat dibagi menjadi dua, yaitu penemuan yang bersifat immaterial (seperti proses kepemimpinan atau manajemen) dan material seperti komputer, serta teknologi lain yang berwujud secara fisik. Dalam kasus di atas, maka aspek invention ini dapat dilihat dari adanya penemuan dan pengembangan sistem teknologi jaringan, yaitu internet. Faktor kedua yaitu pertumbuhan penduduk (population), yaitu perubahan masyarakat yang disebabkan oleh berkurangnya atau bertambahnya jumlah penduduk (masyarakat) di suatu lingkungan tertentu. Dalam kasus di atas, aspek ini diperlihatkan dari adanya penambahan jumlah mahasiswa Undiksha secara signifikan sejak tahun 2006, yaitu sejak status IKIP Negeri Singaraja berubah menjadi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Sedangkan faktor yang ketiga adalah adalah kebudayaan (cultur) yang juga mendorong terjadinya perubahan. Kebudayaan yang mempengaruhi terjadinya proses perubahan tidak hanya kebudayaan yang ada dalam tubuh masyarakat itu saja, namun bisa juga disebabkan oleh pengaruh kebudayaan yang datang dari luar masyarakat itu. Dalam kasus di atas pengaruh kebudayaan sudah terlihat dengn jelas, bahwa kebudayaan kampus sendiri yang salah satunya menuntut pemanfaatan teknologi bagi mahasiswa Undiksha telah membawa perubahan, ditambah lagi faktor kebudayaan dari luar kampus, yaitu kebudayaan global yang menuntut penguasaan terhadap akses teknologi informasi. Ketiga faktor di atas merupakan faktor utama terjadinya perubahan yang secara teoritis berhubungan dengan kasus di kalangan mahasiswa Undiksha.

Pada era pembangunan dengan segala konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, tidak sedikit unsur-unsur nilai baru dipaksakan masuk ke dalam kehidupan masyarakat sehhingga dapat mendorong terjadinya suatu gejala ke arah perubahan. Perubahan biasanya diawali dengan adanya gejala pertentangan atau penolakan masyarakat terhadap unsur-unsur baru, apabila kemudian terjadi proses persesuaian, maka berarti terjadi perubahan ke arah suatu kemajuan. Sebaliknya jika pertentangan tidak menemukan penyelesaian, maka keseimbangan masyarakat akan terganggu yang selanjutnya akan mengakibatkan kemunduran.

Schrool (1980), mengatakan bahwa masyarakat yang sudah mengalami perubahan tersebut akan semakin banyak berhadapan dan berkenalan dengan produk-produk baru, yang kemudian timbullah kebutuhan baru, pakaian baru, dan seterusnya. Apabila orang sudah banyak tahu tentang hasil-hasil perubahan, yaitu tentang produk-produk baru tadi, maka akan semakin banyak pula yang akan menjadi pemberani, artinya ia banyak dituntut untuk berdiri di atas kaki sendiri. Masyarakat cenderung lebih banyak berusaha memperkuat dirinya dan tidak lagi menggantungkan harapannya pada bantuan orang lain seperti pada masyarakat tradisional yang lebih banyak mendambakan sikap gotong royong.

Pada kasus penggunaan internet di kalangan mahasiswa Undiksha, tentu saja terjadi suatu unsur pemaksaan pribadi pada beberapa kalangan mahasiswa, khususnya mahasiswa yang berada pada kondisi ekonomi yang berkecukupan. Tidak hanya dari mahasiswa sendiri, tetapi juga dari orang tua mahasiswa yang harus menambah pengeluaran biaya kuliah untuk anaknya. Namun seiring dengan perkembangan proses pendidikan, unsur-unsur seperti itu sedikit demi sedikit hilang dan akhirnya diakui pentingnya pemanfaatan internet bagi proses belajar mahasiswa.

2.3 Dampak Internet Bagi Proses Pembelajaran Mahasiswa Undiksha

Di pembahasan sebelumnya, kita telah mengetahui apa yang menjadi latar belakang pentingnya internet bagi mahasiswa Undiksha dan proses berubahnya pola kebutuhan mahasiswa terhadap internet, dari kebutuhan yang bersifat tersier menjadi kebutuhan yang bersifat sekunder. Bagaimanapun juga kini internet menjadi sebuah bagian dari proses belajar mahasiswa di Undiksha.

Internet sebagai suatu teknologi jaringan informasi tentu saja mempunyai berbagai macam dampak, tergantung orang yang memanfaatkannya. Dampak yang muncul khususnya bagi mahasiswa Undiksha dapat berupa dampak positif (manfaat) maupun dampak yang bersifat negatif. Apabila perubahan tersebut mampu dimanfaatkan oleh mahasiswa secara wajar dan membangun dirinya, maka dampak tersebut dapat dikatakan bersifat positif. Namun apabila dampak tersebut berimplikasi terhadap kemunduran dan kemerosotan moral, maka dampak tersebut dapat dikatakan sebagai dampak yang negatif.

Seperti yang dikatakan di atas, bahwa dampak positif bersifat membangun seseorang, dalam hal ini kalangan mahasiswa Undiksha. Dampak positif yang bisa didapatkan oleh mahasiswa Undiksha dengan pemanfaatan kebutuhan akan internet antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Media Pendidikan

Internet sebagai media pendidikan merupakan hal yang tidak asing lagi bagi kita, karena seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa internet bisa dimanfaatkan sebagai pengganti buku yang dapat dicari secara cepat oleh mahasiswa. Salah satu website yang ada di Internet yang dapat membantu kita mengembangkan ilmu pengetahuan dan pendidikan kita adalah website yang mengkhususkan pada informasi seputar pendidikan. Salah satunya adalah website dengan alamat: www.apasich.com. Website ini bermuatan lokal dan mencakup seluruh informasi, data serta statistik yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan di tanah air kita.

b. Perpustakaan
Seperti pemaparan di atas, internet juga dapat berfungsi sebagai perpustakaan. Internet menyediakan fasilitas ”Perpustaakan Online”, yang berupa kumpulan-kumpulan websites dari perpustakaan kelas dunia. Dalam site ini kita dapat memperoleh buku-buku yang dapat kita baca secara online maupun offline (setelah kita download terlebih dulu) secara gratis, buku-buku tersebut mulai dari ensiklopedia, novel, IPTEK, dan sebagainya. Tentunya tidak semua buku yang kita inginkan tersedia secara gratis, ada beberapa yang harus kita beli secara online yang biasanya transaksi tersebut dalam bentuk transaksi kartu kredit.

c. Gudang Informasi.
Dengan adanya internet, dunia ilmu pengetahuan semakin terbuka bagi kita, penyebaran informasipun semakin cepat. Segala informasi di belahan dunia manapun dapat diperoleh dalam sekejap. Informasi yang tadinya sulit diperoleh, saat ini sudah bukan sesuatu yang sulit lagi. Ini semua dimungkinkan dengan adanya fasilitas Search Engines, atau mesin pencari dalam dunia internet, yang artinya adalah pencarian segala informasi yang kita perlukan, yang bisa saja berupa data, file, gambar, musik, maupun film. Search engine adalah suatu web khusus yang menyediakan pelayanan untuk mengorganisasi, menyusun index berdasarkan kategori, dari beberapa website yang telah mendaftarkan site-nya, serta memberikan rate berdasar dari seringnya site tersebut dikunjungi. Hal tersebut akan sangat membantu kita untuk menemukan halaman web yang kita butuhkan, cukup hanya dengan mengetikkan kata kunci pada form yang telah disediakan.
Search engine yang biasanya digunakan adalah http://www.yahoo.com, http://www.msn.com, http://www.yahoo.com,dan http://www.google.co.id.

d. Berita-berita
Sekarang tidak lagi membutuhkan waktu menunggu hingga pagi, hanya untuk membaca berita, banyak sudah halaman-halaman web yang menyediakan berita-berita dunia secara up to date dan selalu diperbaharui dari waktu ke waktu sesuai perkembangan berita yang ada. Berita-berita yang tersaji dalam halaman-halaman web tersebut pun terbilang lengkap, mulai dari berita-berita olahraga, politik, horoskop, keuangan, cuaca dan sebagainya.
Seperti yang kita ketahui, kalangan mahasiswa sangat perlu untuk mengetahui perkembangan dunia melalui berita, karena sebagai generasi muda para mahasiswa nantinya diharapkan bisa mengkritisi dan memberikan solusi terhadap fenomena sosial yang terjadi.

e. Telekomunikasi dan Konsultasi

Telekomunikasi adalah sejenis komunikasi elektronika yang menggunakan perangkat-perangkat telekomunikasi untuk berlangsungnya komunikasi yang kita maksudkan, termasuk internet (Saydam, 2006 : 7). Dengan adanya internet memungkinkan terjadinya komunikasi yang super cepat antara suatu pihak dengan pihak lainnya, tanpa mengenal batasan ruang dan waktu. Hal ini dimungkinkan karena jangkauan internet yang telah mengglobal. Asalkan kita mengetahui alamat seseorang atau suatu lembaga di internet, kita dapat mengirim informasi kapan saja dan kemana saja di seluruh dunia dalam waktu yang sangat singkat dan cara yang sangat mudah. Melalui internet kita dapat melakukan suatu konferensi (conference) dengan berbagai pihak di mana pun mereka berada. Kita bahkan dapat mengerjakan suatu pekerjaan secara bersamaan melalui internet. Kita juga dapat melakukan konsultasi terhadap permasalahan yang kita miliki (sejenis konseling), seperti di bidang pendidikan, pergaulan, kesehatan, karir, dan sebagainya (http://education. feedfury.com/content/).

Itulah beberapa dampak positif yang akan didapatkan oleh kalangan mahasiswa jika dihubungkan dengan posisi mereka sebagai pelajar. Namun sangat terbuka sekali apabila mereka menekuni bidang lain, seperti bisnis, wiraswasta, dan jasa melalui internet, yang tentu saja bisa mereka kembangkan. Selain dampak utama di atas, ada pula dampak lain seperti adanya standardisasi pendidikan dan meningkatkan Learning Outcomes baik secara kualitas maupun kuantitas (http://www.diknas.padang.org/).

Selain dampak positif di atas, ada juga dampak negatif yang kemungkinan muncul. Dampak yang sangat rentan muncul bagi kalangan mahasiswa sebagai generasi muda adalah adanya pornografi dan pornoaksi. Walaupun kini sudah disahkan UU Pornografi, penulis merasakan tidak efektif untuk meminimalisir pornografi dan pornoaksi di dunia maya, karena jangkauan jaringan internet yang mendunia. Implikasi dari dampak tersebut adalah merosotnya moral generasi muda dan pihak lain yang menikmati fasilitas internet. Selain itu pula dapat juga muncul suatu pencemaran nama baik seseorang dengan memperlihatkan foto, gambar, video, atau data tertentu yang seharusnya tidak boleh dilihat oleh orang banyak. Apalagi sekarang telah berkembang suatu software yang mampu meng-edit foto atau gambar (contoh : Adobe Photoshop), sehingga hanya dengan mempublikasikannya ke internet akan dapat merusak nama baik seseorang. Implikasinya adalah muncul tudingan miring terhadap teknologi informasi internet yang menyediakan fasilitas seperti itu. Padahal yang seharusnya dibimbing dengan baik adalah orang atau oknum yang tidak bisa memanfaatkan internet sebagai media informasi yang positif.

Terlepas dari dampak positif dan negatif di atas, ada permasalahan yang muncul terkait dengan pengembangan internet di dunia pendidikan, termasuk di kalangan mahasiswa Undiksha. Permasalahan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

a. Kurangnya penguasaan bahasa Inggris. Suka atau tidak suka, sebagian besar informasi di Internet tersedia dalam bahasa Inggris. Penguasaan bahasa Inggris menjadi salah satu keunggulan (advantage).

b. Kurangnya sumber informasi dalam bahasa Indonesia. Kita sadari bahwa tidak semua orang Indonesia akan belajar bahasa Inggris. Untuk itu sumber informasi dalam bahasa Indonesia harus tersedia. Saat ini belum banyak sumber informasi pendidikan yang tersedia dalam bahasa Indonesia. Konsep berbagi (sharring), misalnya dengan membuat materi-materi pendidikan di internet, belum merasuk. Inisiatif langka seperti ini sudah ada namun masih kurang banyak. Contohnya: Untukmu Indonesia http://untukmu.Indonesiaforum.org

c. Akses Internet masih mahal. Meskipun sudah tersedia, akses ke Internet masih mahal. Namun hal ini diharapkan akan menjadi lebih murah di masa yang akan datang. Diharapkan akselerasi penurunan harga menjadi fokus utama dari Pemerintah. Mekanisme lain adalah adanya subsidi dari pemerintah untuk institusi pendidikan.

d. Akses Internet masih susah diperoleh. Beberapa daerah di Indonesia masih belum memiliki jalur telepon yang dapat digunakan untuk mengakses Internet. Namun beruntung kini internet bisa dinikmati lewat jaringan hotspot.

e. Pengajar belum siap. Guru dan dosen di Indonesia masih belum siap untuk menggunakan internet sebagai bagian dari pengajarannya. Padahal mereka merupakan salah satu pengguna yang dapat memanfaatkan internet sebaik-baiknya. Salah satu contohnya adalah mencari soal-soal latihan untuk kelasnya. Jika setiap pengajar di Indonesia membuat dua (2) soal dan menyimpannya di Internet, maka akan ada ribuan bahkan bisa jutaan soal yang dapat digunakan untuk latihan di kelas.

3. PENUTUP

Setelah melihat pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa internetisasi di dunia pendidikan, termasuk di Undiksha merupakan suatu gejala yang muncul akibat perkembangan jaman di era informasi. Awalnya internet adalah suatu kebutuhan yang bersifat mewah bagi kalangan masyarakat awam, termasuk kalangan mahasiswa di Undiksha. Namun seiring dengan perkembangan jaman menuju era informasi yang dibarengi dengan perubahan paradigma pendidikan, maka kebutuhan akan internet bagi mahasiswa di Undiksha juga berubah. Kebutuhan akan internet yang dulunya bersifat tersier atau mewah, kini juga berubah menjadi kebutuhan yang bersifat sekunder atau sampingan. Hal itu disebakan karena mahasiswa memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran serta perpustakaan online­, sehingga posisi internet bagi mahasiswa hampir sama dengan perpustakaan.

Perubahan pola kebutuhan di kalangan mahasiswa Undiksha tersebut tidak lepas dari faktor-faktor yang mendorong, seperti adanya penemuan baru (invention) di bidang teknologi informasi, pertambahan populasi (population) di lingkungan mahasiswa Undiksha, serta adanya kultur atau kebudayaan, baik kultur yang berlaku secara intern, maupun secara ekstern, yaitu adanya pengaruh kebudayaan global. Apapun yang terjadi terhadap perkembangan teknologi, pasti akan menimbulkan dampak positif maupun negatif, termasuk pemanfaatan internet. Dampak positif internet bagi kalangan mahasiswa khususnya antara lain sebagai media pendidikan, perpustakaan online, mencari berita, gudang informasi, serta media telekomunikasi dan konsultasi. Sedangkan dampak negatif yang mungkin muncul yaitu adanya pornografi dan pornoaksi serta pencemaran nama baik di dunia maya. Hal tersebut tergantung dari orang yang memanfaatkannya, sehingga internet sebagai suatu media akses informasi tidak selalu dipersalahkan.

Dengan mencermati pemaparan makalah ini, maka diharapkan kepada pemerintah agar selalu mengawasi penyalahgunaan media, termasuk internet agar bisa dimanfaatkan secara positif. Kepada masyarakat juga agar selalu memberikan bimbingan terhadap anak-anaknya sehingga tidak terjerumus ke arah yang salah dari adanya perubahan sosial yang terjadi. Penulis juga menyarankan agar penulis-penulis lain yang berminat dengan kajian sejenis agar mengkaji dari sudut pandang yang lain sehingga dapat memperkaya literatur yang berhubungan dengan dunia internet.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Barry, M. Dahlan. 1994. Kamus Modern Bahasa Indonesia. Surabaya : Penerbit Arkola

Atmadja, Nengah Bawa, Prof.,Dr.,M.A. Etika dan Budaya Akademik di Perguruan Tinggi, (artikel dalam : Materi Orientasi Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru 2006/2007). Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha

Halimatussadiah, Aulia & Anthony, Angelina. 2008. Tak Tik Blog : Cara Bikin Blog, paling Tokcer, Cepat Populer. Jakarta : Bukune

Hendroyono, Tony dan Herwibowo, Yudhi. 2004. Segala Yang Gratis Dari Internet. Yogyakarta : Penerbit Andi

J.W. Schrool. 1980. Modernisasi, Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara Sedang Berkembang, (terjemahan : RG. Siekadidjo). Jakarta : PT Gramedia

Lauer, Robert. H. 2003. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta : PT Rineka Cipta

Muis, A. 2001. Indonesia di Era Dunia Maya. Bandung : Penerbit Rosdakarya

Oetomo, Budi Sutedjo Dharma, S.Kom.,MM. 2002. Perencanaan & Pembangunan Sistem Informasi. Yogyakarta : Penerbit Andi

Saydam, Gouzali. 2006. Sistem Telekomunikasi di Indonesia. Bandung : Penerbit Alfabeta

Sudiana, I Nyoman. 2006. Program Kegiatan Akademik di Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, (artikel dalam : Materi Orientasi Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru 2006/2007). Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha

Sutabri, Tata, S.Kom.,MM. 2004. Analisa Sistem Informasi. Yogyakarta : Penerbit Andi

Syani, Abdul, Drs. 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. Bandar Lampung : PT Dunia Pustaka Jaya

http:// br@paume.itb.ac.id. Pentingnya Internetisasi Sekolah-sekolah di Indonesia (artikel). Diakses 16 Januari 2009

http:// br@paume.itb.ac.id. Internet Untuk Pendidikan (artikel). Diakses 16 Januari 2009

http://www.diknas.padang.org/. Manfaat Internet Sebagai Media Pendidikan, Oleh wirnadianhar (artikel). Diakses 16 Januari 2009

http://education.feedfury.com/content/. Internet dan Manfaatnya (Artikel). Diakses 16 Januari 2009

http://hotlink.hakim.web.id/2008/06/. Manfaat Internet Sebagai Media Pendidikan, Oleh Yudi Purnawan (artikel). Diakses 16 Januari 2009

DAFTAR ISTILAH

Antivirus : suatu software yang akan memproteksi windows pada komputer agar tidak terkena virus komputer.

Blog : singkatan dari weblog, merupakan sebuah halaman web yang awalnya digunakn untuk menyimpan ­links atau hal-halmenarik yang ditemukan di dunia web dan di-update secara berkala.

Chatting : suatu istilah yang merujuk pada salah satu fasilitas untuk berkomunikasi secara interpersonal dengan menggunakan program IRC.

Conference : berkomunikasi di dalam fasilitas internet secara massal.

Download : mengakses suatu data tertentu dari suatu alamat web ke komputer untuk diolah menjadi informasi.

Edit : proses penyuntingan suatu data tertentu.

Email : suatu fasilitas pada internet yang menyediakan jasa pengiriman dan penerima pesan dari orang lain secara digital.

File Sharing : penggunaan berkas secara bersama-sama.

Friedster : fasilitas di internet yang menyediakan layanan untuk mencari teman melalui internet, dengan menampilkan biodata serta hal lain yang diperlukan dan pengunjung bisa menambahkan komentarnya.

High-Tech : teknologi kelas tinggi, dalam arti canggih dan masih sulit untuk disamai.

Internet : suatu teknologi berbasis jaringan yang mampu menyajikan informasi secara digital.

Link : sambungan atau hubungan suatu alamat web ke web yang lain.

Online : suatu link atau sambungan pada situs web yang selalu siap melayani pencari web secara siaga.

Rate : perangkingan yang ditentukan dari banyaknya pengunjung suatu alamat web.

Research Collaboration : penelitian dan pelaporan secara bersama-sama.

Search Engines : mesin pencari alamat websites di internet.

Situs : halaman web yang mungkin masih menyediakan link ke beberapa alamat web.

Software : perangkat lunak dalam komputerisasi.

Upload : mengirimkan data tertentu dari komputer ke dalam alamat web yang ingin dituju.

Website : alamat web dalam internet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar